Hmm… Beruntung hari ini tidak
melupakan sebuah agenda tahunan (makrab elka “malam keakraban teknik
elektronika). Mungkin bilamana agenda tersebut terlupakan, akan ada sepotong
cuplikan sejarah dalam hidup yang akan terlewatkan.
1. Entahlah,
harus dimulai darimana.. Setelah seharian tidak menyentuh sesendok nasi pun
(hanya beberapa potong kue, yang mungkin tidak akan cukup menghasilkan tenaga
untuk sekedar memasukkan bongkahan-bongkahan bata bercampur pasir ke dalam dua
karung plastic, bilamana kau tak terbiasa), entah karena apa dan mengapa.
2. Begitu
menikmatinya malam hari ini, berkumpul bersama dan bersenda gurau bersama pula.
Serta hujan deras yang mengguyur. Walaupun sempat di”gojloki” adik kelas pas
menyapa tadi (“loh mas, ekspresinya kok gitu”, katanya. Lantas, tandasku “emang
defaultnya”) sehingga membuatku menyematkan sebuah senyuman.
3. Entah
mengapa tiba-tiba ingin berbuat sesuatu yang jahil, sambil menerka-nerka dalam
otak, mungkin kalau aku pajang foto acara malam ini, nih “anak import” pasti
bakalan datang. Karena pagi harinya pas mau pinjam buku buat adikku, nih anak masih
perjalanan. Setelah pesan pendek kedua terkirim “no respon”. Dan ketika foto
tersebut baru diterbitkan untuk menjadi sebuah foto profil sebuah akun
sosmedku, tidak lama kemudian sebuah pesan datang. Pesan dengan bunyi “Mas aku
ng halte sungkan mlebu” (Indonesia : Mas/Kak, saya di halte, sungkan mau
masuk”), sambil diiringi sebuah nada tawa. Eh, ternyata setelah
dipancing-pancing dia ngomong kalua takut gak bisa parker gara-gara dia baru
aja ngundurin diri dari kampus. Yah, maklum lah, dia baru aja diterima di
jurusan yang dia suka.
4. Pulang
dari acara, cari angin segar. Usai hujan, suasana nyaman, sambil bawa motor
ugal-ugalan juga (maklum otak lagi kusut). Ternyata pas pulang nih berbarengan
dengan si “anak import”, akhirnya dikit-dikit juga ngobrol sih. Termasuk
tentang motor plat “W” yang dibawa.
5. Pas
pulang juga (eh, kok ngomong pulang, padahal ke “basecamp”), iseng aja lewat
jalur yang mungkin dilewati si “anak import”. Ternyata tuh anak beneran lewat,
dan pas nyalip (pas mau nyebrang) nanya juga, “Mas, ngapain ke Keputih”.
Jawaban aku cuek bbanget dengan ekspresi jelek, “cari makan” (padahal 50:50,
orang akhirnya cuman beli sandwitch di minimarket). Padahal nih anak import
tanya baik-baik loh, senyum juga.
6. Sudah
beli sandwitchnya, akhirnya dibawa deh makan sambil motoran (gak baik, jangan
ditiru). Usai habis, lanjutin jalan, dan akhirnya nyampai basecamp. Lantas
ngobrol sama nyemil dikit, dan setelahnya dibuat nonton film “remember when”
sambil nunggu sekaligus menikmati suasana hujan. Begitu dalamnya tenggelam dalam suasana di
film itu. Usai nonton, kebetulan hujan berhenti, langsung balik pulang dengan langkah gontai.
7. Tidak
seperti biasanya, ketika pulang malam (arloji di tangan menunjukkan waktu
sekitar pukul 1.50 dini hari) dengan kecepatan yang konstan dan sangat lambat
(dengan mengemudi hanya memakai satu tangan saja, sambil tangan lainnya
memegangi kepala), sekitar 20km/jam. Pun semua hal yang terjadi tiba-tiba
terlintas, tapi diri ini sadar bahwa sedang hanyut dalam sebuah lamunan. Yang
berkecamuk ialah tentang sebuah senyuman. Teringat beberapa orang :
- dua orang staf kesayanganku di himpunan (yang
selalu senyum ikhlas, begitu aku memandang mereka), yang semuanya tidak bisa membuatku
melontarkan kemarahan pada mereka, meskipun memang aku tidak pernah maran
kepada semua anggota;
- tentang
seorang (entah) teman atau sahabat dan sebuah dialog beberapa waktu lalu di
sebuah gedung pusat bahasa (kampus ibunda, ITS) yang diantaranya ia mengatakan
sebuah kalimat yang sampai saat aku ingat, yang intinya “Kita bekerja untuk
kebutuhan, bukan profit semata.”;
- tentang seorang teman “5009” (angka belakang
nomor handphonenya dulu) yang pernah mengaku bahwa “stipo pinknya ketinggalan”
(ketika jaman maba, sebuah pesan pendek bertanggal 27 Agustus 2013 01:45:48
yang masih tersimpan rapi dalam HPku yang sudah ketinggalan jaman itu) yang
selalu berdialog dengan penuh senyuman (benar-benar masa-masa indah saat
mengenalnya sebagai seorang yang baik, polos, dan senyuman serta like-nya
sangat memotivasi setiap pagi dikala update status FB). Pun ketika bermain ke
rumahnya, disambut dengan baik, dan saya masih ingat dengan segelas teh dalam
kemasan yang disuguhkan dengan setoples kue kering. (“Kak, aku ingin kita
kembali akrab seperti dulu. Tapi sayang, ketidaknyamanan yang aku buat tidak
akan memungkinkan kita kembali pada kondisi seperti sedia kala. Aku benar-benar
minta maaf, Kak. L)
8. Akhirnya,
semua lamunan itu berakhir. Dan terimakasih kepada ambulans yang melaju
sedemikian cepatnya, sehingga genangan air yang ada dijalanan yang usai diguyur
hujan tadi, semua terpercik sebegitu derasnya ke wajah dan seluruh tubuh.
Hingga akhirnya membangunkanku dari lamunanku yang berlangsung hampir
keseluruhan dari perjalanan pulang tadi.